*Dari jendela kelas terpancar
sinar mentari yang indah
Ke kalender musim semi akan
berlalu
Saat ku pandang ruang kelas
semua teman sekelasku
Memakai seragam namun tampak
dewasa
Semuanya kan pergi menuju masa
depannya masing masing
Di punggunggnya itu terlihat
mengembang sayap mimpi*
Itulah cuplikan lirik yang dinyanyikan oleh Naomi dan teman temannya
saat perpisahan Sekolah Dasar. Mereka masih terlihat polos, seperti tak
bersalah. Namun bagaimakah jika mereka sudah dewasa kelak? Entahlah hanya
mereka yang bisa menentukan arah hidupnya masing masing.
Hari ini adalah hari yang penuh dengan air mata. Mereka semua akan
berpisah. Setelah enam tahun bersama sama. Melalui suka dan duka bersama sama.
Dan kini mereka akan berpisah. Sedih rasanya jika mengingat kebersamaan itu.
Walaupun terkadang suka jahil, tapi dia itu tetap sahabatku. Begitu yang
dipikirkan oleh Naomi tentang Mova. Mova memang dikenal sebagai anak yang
nakal, suka menyontek, semuaunya sendiri, suka memperlakukan orang seenaknya.
Jika kemauannya tidak dipenuhi, maka tak segan segan dia mem bully orang itu.
Itu sering dirasakan oleh Naomi saat dia masih kelas satu. Tapi sekarang dia
sudah bisa melawan. Dan kini, di kelas
enam, yang menjadi bahan bully nya Mova yaitu Kiky. Mova memperlakukan Kiky
seperti budaknya. Tapi walaupun begitu, hati Mova sungguh baik. Dia hanya
melampiaskan kesepiannya di Rumah dengan mem bully teman temannya di Sekolah.
Ya, Mova memang kurang perhatian daro orang tuanya. Mereka sibuk dengan
pekerjaan mereka. Sehingga Mova merasa kesepian, dan dia melampiaskannya di
Sekolah.
Kini mereka sudah berpisah. Mereka melanjutkan pendidikannya ke
Sekolah Menengah Pertama. Mova memilih untuk bersekolah di sebuah Sekolah Negeri
yang cukup elit di Jakarta. Sedangkan Naomi, Mariko, Sakura, Arnetly, dan Kiky.
Mereka memilih untuk bersekolah di Jakarta
Junior High School for Musical and Theater. Sebuah Sekolah swasta yang baru
berdiri 2 tahun, namun sudah memperoleh prestasi yang sejajar dengan Sekolah
lainnya. Sekolah ini mempunyai dua jurusan, seperti namanya, yaitu Musical dan
Theater. SMP yang pertama di Indonesia yang memiliki jurusan. Biasanya ini ada
di SMA, namun ini ada di SMP.
“Eh kita jadi kan Sekolah disana?” Tanya Arnetly.
“Jadi dong, kalo enggak ya, aku bisa di marahin. Aku udah janji bakal
Sekolah disana.” Jawab Naomi.
“Iya, walaupun Sekolah itu baru 2 tahun, tapi prestasinya udah
terbukti. Mampu mensejajarkan dengan Sekolah lainnya, termasuk Negeri.” Tambah
Mariko.
“Ok deh, besok daftar bareng ya.” Pinta Arnetly.
“Iya, iya. Tenang aja Net, pasti kita gak akan berpisah. Tapi Mova,
hmm... gimana dia ya? Walaupun dia nyebelin. Tapi dia juga kan sahabat kita.”
Sakura menjelaskan.
Kiky yang tadinya berwajah ceria, kini jadi murung. Dia kesal
mendengar nama itu. Karena selama ini Kiky selalu ‘diperbudak’ oleh Mova.
“Gak usah ngomongin dia deh. Biarin aja dia Sekolah disana. Itu juga
sama aja dia gak setia kawan. Temen temennya pada ke sini dia malah kesitu.
Pake ngejek ngejek Sekolah yang akan kita tempatin lagi. Udalah aku gak mau
ngomongin dia!” Bantah Kiky lalu pergi dari mereka.
“Ya ampun, segitu bencinya dia sama Mova. Kasian yah Kiky, aku kaya
salah ngomong gitu deh tadi. Duh, gimana dong. Jangan jangan dia marah lagi
sama aku.” Keluh Sakura.
“Gak mungkin lah kalo Kiky marah sama kamu, palingan dia juga marahnya
cuma gara gara denger nama Mova. Udahlah Ra, kamu gak usah cemas gitu. Nanti
juga dia balik lagi.” Jelas Naomi.
“Tapi Nom, kalo dia beneran marah gimana? Dan dia jadi, jadi keluar
dari persahabatan ini? Aku takut banget.”
“Aku juga tau persaan Kiky waktu di bully sama Mova itu gimana. Dulu
waktu kelas 1 aku juga sering kan di bully sama dia. Tapi mulai kelas 4 aku
mencoba untuk melawan. Dan akhirnya dia sudah sadar. Tapi dengan kembalinya
Kiky (Waktu kelas 3 Kiky sempat pindah Sekolah, lalu kelas 4 dia bailik lagi),
dia malah jadi cari korban baru. Yaitu Kiky.” Ucap Naomi membayangkan masa
lalunya. Yang lainnya manggut manggut mendengar pernyataan tersebut. “Nah, jadi
kamu gak usah khawatir yah Ra, Kiky pasti akan kembali. Dia pasti akan berusaha
bangkit, untuk melawan Mova. Gak mungkin kalo dia terus terusan seperti itu.”
Tambah Naomi.
Sakura hanya mengangguk. Lalu mereka bereepat pulang ke rumah mereka
masing masing. Beristirahat untuk persiapan pendaftaran esok hari.
Dalam perjalanan pulang, Mariko mengingat ingat masa indahnya bersama
Naomi. Mereka berdua adalah dua anak yang paling menonjol di anatar pesahabatan
mereka berenam. Mariko dan Naomi bisa dikatakan cs saat di Sekolah. Namun jika
di rumah Mariko lebih cs dengan Sakura, sedangkan Naomi dengan Arnetly. Mariko
teringat saat dirinya dulu pertama bertemu dengan Naomi saat kelas 1.
*Flashback*
Di sebuah Sekolah Dasar yang
cukup terkenal di Jakarta. Saat itu adalah tahun ajaran baru 2006/2007. Seorang
anak di antar oleh ayahnya menuju kelasnya.
“Ayah pulang dulu ya, Nom. Kamu
jaga diri baik baik, dan jangan nakal.” Kata sang Ayah sambil melemparkan
senyumnya, kepada anknya yang bernama Naomi itu.
“Oh, iya Ayah.” Kata anak itu
sambil mengangguk.
Lalu setelah sang Ayah dari anak
itu pulang, datanglah seorang Ibu dan anknya yang tampak malu malu, dan dia
berjalan di belakang Ibunya itu, dia mengumpat.
“Nah, kamu duduk di sini aja,
sayang.” Kata ibu itu sambil menunjuk bangku kosong di sebelah Naomi. Lalu anak
itu duduk di bangku dengan polosnya. Lalu si Ibu berkata, “Sayang, mama pulang
dulu, ya. Kamu yang pintar Sekolahnya.” Anak itu hanya mengangguk.
Setelah si Ibu pergi, Naomi
bernjak dari tempat duduknya, menghampiri anak itu, lalu berkata, “Hai, nama
kamu siapa? Namaku Naomi. Kamu mau ya jadi temanku. Nanti kita main sama sama.”
Kata Naomi sambil cengengesan. Dia langsung memperkenalkan dirinya dan sok
akarab dengan anak itu. Naomi memang cepat akrab dengan orang asing. Dia tidak
segan segan untuk mengulurkan tangannya terlebih dahulu kepada orang asing,
jadi kesannya seperti sok kenal sok dekat. Dia itu ramah, baik, dan ceplas
ceplos. Yang ada di pikirannya hanya main saja.
Anak itu lalu membalas uluran
tangan Naomi, seraya menjawab, “Namaku Mariko.” Jawab Mariko dengan senyum
tipisnya. Lalu mereka berdua mengobrol panjang lebar. Dan tpoiknya itu adalah
tentang ‘bermain’, sampai akhirnya bel masuk pun berbunyi, dan Guru segera
datang.
---
Mariko hanya senyam senyum
sendiri mengingat hal itu. Betapa polosnya mereka berdua saat itu, dan betapa
pemalunya Mariko saat itu. Memamg Mariko saat kecil begitu pemalu. Namun dengan
nasihat nasihat Naomi, sekarang Mariko bisa berubah.
Tiba saatnya hari pendaftaran. Banyak
siswa yang datang memadati Sekolah itu. Ada yang datang sendri dengan teman
temanya, di antar dan di temani orang tuanya, dan ada juga yang datang
sekeluarga *wow*.
Mereka yang mendaftar harus
mengisi formulir pendaftaran. Dan menyerahkan kepada yang berwajib. Setelah
pendaftaran selesai, para siswa lalu pulang. Naomi dan teman temannya berkumpul
di kantin Sekolah tersebut sekadar melepas lelah.
“Capeknya hari ini, panas,
sumpek, arrghh banyak orang sih.” Keluh Arnetly.
“Biasa aja dong, Net. Namanya juga
pendaftaran. Mana ada yang sepi. Ada ada aja deh.” Tanggap Mariko.
“Ya udah nih mau pada pesen apa?
Mau Minuman atau Makanan? Atau dua duanya? Nanti aku yang pesenin.” Kata Naomi
menawarkan.
“Minuman aja deh, ya, ya, ya.”
Kata Kiky. Yang lainnya manggut manggut. “Aku Es Jeruk.” Tambah Kiky.
“Aku Es Teh aja,” jawab Mariko.
“Kalo aku Es Jeruk.” Kata Sakura.
“Nah, kalo aku Pop Ice, yang rasa
Duren.” Kata Arnetly.
“Kamu itu, Net. Gak berubah ubah,
dari dulu pasti sukanya duren, duren, dan duren, terus. Gak bosen apah?
Heehh?” Kata Naomi. Yang lainnya
tertawa. Dan Arnetly hanya menekuk bibirnya.
“Ya udah aku pesenin dulu. Kalian
tunggu sini, jangan kemana mana.” Kata Naomi.
“Iya, iya, Nom. Emangnya kita mau
kemana? Kita kan gak tau Sekolah ini. Ntar nyasar lagi.” Jawab Sakura.
“Haha, iya bener bener.” Kata
Kiky sambil tertawa.
“Hmm.” Jawab Naomi lalu menuju ke
tempat pemesanan. Lalu kembali dengan membawa pesanan teman temannya itu.
Mereka minum sambil diselingi obrolan dan candaan. Sungguh indsh persabatan mereka.
Setelah semua selesai mereka lalu bangkit, dan menuju kasir membayar pesannya
itu. Lalu menuju parkiran, dan pulang bersama.
Beberapa hari setelah
pendaftaran, mereka lalu berangkat lagi untuk melihat hasilnya, apakah mereka
di terima atau tidaknya. Ternyata setelah sampai Sekolah, dan melihat papan
hasil, mereka semua diterima. Perasaan lega menyelimuti mereka yang diterima di
Sekolah itu. Dan yang tidsk diterima, mereka harus menerima kenyataan, bahwa
mereka belum memenuhi kriteria dan harus mencari Sekolah lain.
Mereka yang diterima semua di
bagi dalam kelas sementara yang diurutkan sesuai Nem mereka masing masing.
Mereka mendapat pengarahan dari Guru yang masuk kelas. Untuk melakukan daftar
ulang dalam dua hari. Untuk membeli bahan seragam mereka. Jika siswa tidak
hadir dalam waktu dua hari tersebut, maka siswa dinyatakan gugur.
Hari yang ditunggu tiba, yakni
untuk melakukan daftar ulang. Semua siswa membawa uang untuk membeli bahan
seragam, dan atribut atribut lainnya. Setelah selesai, mereka semua dikumpulkan
dulu di Aula Sekolah untuk mendapat pengarahan untuk berangkat kembali untuk
pembagian kelas.
Hari dimana semua siswa untuk
pemgian kelas dimulai. Mereka harus mengisi soal soal yang diberika Guru.
Pembagian kelas ditentukan menurut Nilai dari mengerjakan soal tersebut. Bukan
dari Nilai Nem. Lalu hari berikutnya siswa datang kembali ke Sekolah untuk
diberitahu di kelas apa mereka akan belajar.
Mereka semua di kumpulkan di Aula
Sekolah tersebut. Dan Panitia membacakan hasilnya. Semua siswa bedebar debar.
Takut takut kalu mereka tidak sekelas dengan temannya.
Hasil sudah selesai dibacakan.
Dan Kiky kebagian di Kelas VII A, Mariko dan Nabilah di Kelas VII D, dan Naomi
juga Sakura di Kelas VII F.
“Aw, aw, hay. Aku sekelas sama
Sakura. Gak papalah pisah sama Mariko. Yang penting ada teman SD nya satu
kelas.” Kata Naomi tiba tiba, membuat semua temannya itu kaget lalu menatap
Naomi.
“Ya elah, kamu ngaget ngagetin
aja deh, ah. Gimana kalau misalnya aku kena Serangan Jantung, pasti tadi aku
udah pingsan, dan kamu harus tanggung jawab dengan semua itu.” Celoteh Arnetly.
“Iya, maaf deh maaf.” Jawab Naomi
diikuti tawa.
Lalu Kiky yang ternyata tidak ada
teman satu SD nya di kelas harus menerimanya. Dengan berat dia berkata, “Yah,
aku gak ada temen SD di kelas. Gimana nanti, kalo ada anak suka su ngebully
gimana? Aku dibantu sam siapa? Aku kan anaknya gak akraban, gak kaya si Naomi
tuh,” desah Kiky penuh cemas. Lalu dia melanjutkan, “Harusnya si Naomi tuh yang
di kelas sendiri. Masa aku sih?”
“Ya elah, Ky. Emang Guru disini
tau apah? Kalo kamu tuh trauma sama yang namanya bully bully itu. Ya, mau gak
mau kamu harus terima itu. Kalo gak, kamu bakal dikeluarin dari Sekolah ini,
terus cari Sekolah yang baru, dan semakin terpisah deh sam kita. Mau kamu kaya
gitu?” jelas Naomi, yang malah menakut nakuti Kiky.
“Ishh, Naomi. Bukannya nenangin
Kiky, malah nakut nakutin. Gimana sih? Dasar anak ceplas ceplos.” kata Mariko.
“Tau tuh, Naomi.” Sergap Arnetly
tak mau kalah bicara.
“Iya, iya, maaf. Ini lagi, Netly
pake ikut campur segala. Mana mihak sama Mariko lagi, bukannya samu aku juga,”
Kata Naoumi. Dan menekuk bibirnya.
“Biarin aja, suka suka aku dong.
Hak hak aku juga. Wee.” Ejek Arnetly menjulurkan lidahnya.
“Ini lagi, malah jadi berantem.
Temannya lagi susah bukannya dibantuin, malah ribut sendiri. Kalian tuh udah
SMP buka anak SD lagi. Rrubah sikap sedikit kenap, sih?!” kata Mariko memberi
arahan.
“Iya. Yang namanya Naomi, sama
Netly. Tuh udak kaya Kucing sama Tikus. Gak ada akurnya.” Tambah Sakura.
“Lho kok, jadi nyama nyaimain
kita sam Kucing sam Tikus sih? Kita juga kan pernah akur. Sering malah. Iya
kan, Net? Net? Net? Lho Netly kemana? Kok ilang?” kata Naomi sambil celinguka
mencari Netli yang tiba tibal hilang bak ditelan bumi.
“Iya, ya, Netly kemana? Ngilang
gitu aja, gak ngomong ngomong.” Balas Sakura.
“Tuh, Netly lagi ngeliatin Pak
Guru yang masih muda itu. Itu lho yang disana itu.” Kata Kiky menunjuk
keberadaan Arnetly.
“Capek deh, Netly, Netly. Gak ada
bedanya dari dulu sampe sekarang.” Kata Naomi sambil menepuk jidatnya dan
menggeleng gelengkan kepalanya.
---