Sabtu, 22 Oktober 2016

Arti Lirik Lagu dari Lirik Lagu Justin Bieber - Let Me Love You feat. DJ Snake dan Terjemahan

Arti Lirik Lagu dari Lirik Lagu Justin Bieber - Let Me Love You feat. DJ Snake dan Terjemahan

[Verse: Justin Bieber]
I used to believe
Aku dulu percaya
We were burnin' on the edge of somethin' beautiful
Kita membara di ujung yang indah
Somethin' beautiful
Sesuatu yang indah
Sellin' a dream
Menjual mimpi
Smoke and mirrors keep us waitin' on a miracle
Merokok dan bercermin meneguhkan kita menunggu keajaiban
On a miracle
Sebuah keajaiban

[Pre-Chorus: Justin Bieber]
Say go through the darkest of days
Mengatakan pergi di tengah malam
Heaven's a heartbreak away
Surga yang patah hati pergi
Never let you go, never let me down
Tak pernah membiarkanmu pergi, tak pernah mengecewakanmu
Oh it's been a hell of a ride
Oh telah naik dari neraka
Driving the edge of a knife
Bergerak di ujung pisau
Never let you go, never let me down
Tak pernah membiarkanmu pergi, tak pernah mengecewakanmu



[Chorus: Justin Bieber]
Don't you give up, nah, nah, nah
Kau tak menyerah, nah, nah, nah
I won't give up, nah, nah, nah
Aku tak kan menyerah, nah, nah, nah
Let me love you
Biarkan aku mencintaimu
Let me love you
Biarkan aku mencintaimu
Don't you give up, nah, nah, nah
Kau tak menyerah, nah, nah, nah
I won't give up, nah, nah, nah
Aku tak kan menyerah, nah, nah, nah
Let me love you
Biarkan aku mencintaimu
Let me love you
Biarkan aku mencintaimu
Oh baby, baby
Oh sayang, sayang

[Breakdown: DJ Snake]

[Verse: Justin Bieber]
Don't fall asleep
Jangan tidur
At the wheel, we've got a million miles ahead of us
Di  kemudi, kita capai satu juta mil di depan kita
Miles ahead of us
Mil di depan kita
All that we need
Semua yang kita butuhkan
Is a rude awakening to know we're good enough
Ialah kebangkitan kuat tuk tahu kita cukup baik
Know we're good enough
Tahu kita cukup baik

[Pre-Chorus: Justin Bieber]
Say go through the darkest of days
Mengatakan pergi di tengah malam
Heaven's a heartbreak away
Surga yang patah hati pergi
Never let you go, never let me down
Tak pernah membiarkanmu pergi, tak pernah mengecewakanmu
Oh it's been a hell of a ride
Oh telah naik dari neraka
Driving the edge of a knife
Bergerak di ujung pisau
Never let you go, never let me down
Tak pernah membiarkanmu pergi, tak pernah mengecewakanmu

[Chorus: Justin Bieber]
Don't you give up, nah, nah, nah
Kau tak menyerah, nah, nah, nah
I won't give up, nah, nah, nah
Aku tak kan menyerah, nah, nah, nah
Let me love you
Biarkan aku mencintaimu
Let me love you
Biarkan aku mencintaimu
Don't you give up, nah, nah, nah
Kau tak menyerah, nah, nah, nah
I won't give up, nah, nah, nah
Aku tak kan menyerah, nah, nah, nah
Let me love you
Biarkan aku mencintaimu
Let me love you
Biarkan aku mencintaimu
Oh baby, baby
Oh sayang, sayang

[Breakdown: DJ Snake]

[Chorus: Justin Bieber]
Don't you give up, nah, nah, nah
Kau tak menyerah, nah, nah, nah
I won't give up, nah, nah, nah
Aku tak kan menyerah, nah, nah, nah
Let me love you
Biarkan aku mencintaimu
Let me love you
Biarkan aku mencintaimu
Don't you give up, nah, nah, nah
Kau tak menyerah, nah, nah, nah
I won't give up, nah, nah, nah
Aku tak kan menyerah, nah, nah, nah
Let me love you
Biarkan aku mencintaimu
Let me love you
Biarkan aku mencintaimu
Oh baby, baby

Oh sayang, sayang

Lirik Lagu Don’t Let Me Down The Chainsmokers Dan Terjemahan

 Don’t Let Me Down The Chainsmokers


[Verse 1]
Crashing, hit a wall
Menabrak, menabrak dinding
Right now I need a miracle
Saat ini aku membutuhkan keajaiban
Hurry up now, I need a miracle
Cepatlah sekarang, aku butuh keajaiban
Stranded, reaching out
Terdampar, menjangkau
I call your name but you’re not around
Aku memanggil namamu tapi kau tak ada di sini
I say your name but you’re not around
Aku mengatakan namamu tapi kau tak ada di sini

[Chorus]
I need you, I need you, I need you right now
Aku membutuhkanmu, aku membutuhkanmu, aku membutuhkanmu sekarang
Yeah, I need you right now
Ya, aku membutuhkanmu sekarang
So don’t let me, don’t let me, don’t let me down
Jadi jangan mengecewakanku, jangan mengecewakanku, jangan mengecewakanku
I think I’m losing my mind now
Aku pikir aku kehilangan pikiranku sekarang
It’s in my head, darling I hope
Ini di pikiranku, aku berharap Sayang
That you’ll be here, when I need you the most
Bahwa kau akan ada di sini, saat aku sangat membutuhkanmu
So don’t let me, don’t let me, don’t let me down
Jadi jangan mengecewakanku, jangan mengecewakanku, jangan mengecewakanku
D-Don’t let me down
J-Jangan mengecewakanku

[Post-Chorus: Instrumental]
Don’t let me down
Jangan mengecewakanku
Don’t let me down, down, down
Jangan mengecewakanku, mengecewakanku, mengecewakanku
Don’t let me down, don’t let me down, down, down
Jangan mengecewakanku, mengecewakanku, mengecewakanku, mengecewakanku

[Verse 2]
R-r-running out of time
Kehabisan waktu
I really thought you were on my side
Aku sungguh berpikir kau ada di sisiku
But now there’s nobody by my side
Tapi sekarang tak ada seorang pun di sisiku

[Chorus]
I need you, I need you, I need you right now
Aku membutuhkanmu, aku membutuhkanmu, aku membutuhkanmu sekarang
Yeah, I need you right now
Ya, aku membutuhkanmu sekarang
So don’t let me, don’t let me, don’t let me down
Jadi jangan mengecewakanku, jangan mengecewakanku, jangan mengecewakanku
I think I’m losing my mind now
Aku pikir aku kehilangan pikiranku sekarang
It’s in my head, darling I hope
Ini di pikiranku, aku berharap Sayang
That you’ll be here, when I need you the most
Bahwa kau akan ada di sini, saat aku sangat membutuhkanmu
So don’t let me, don’t let me, don’t let me down
Jadi jangan mengecewakanku, jangan mengecewakanku, jangan mengecewakanku
D-Don’t let me down
J-Jangan mengecewakanku

[Post-Chorus: Instrumental]
Don’t let me down
Jangan mengecewakanku
Don’t let me down, down, down
Jangan mengecewakanku, mengecewakanku, mengecewakanku
Don’t let me down, down, down
Jangan mengecewakanku, mengecewakanku, mengecewakanku
Don’t let me down, down, down
Jangan mengecewakanku, mengecewakanku, mengecewakanku
Don’t let me down, don’t let me down, down, down
Jangan mengecewakanku, mengecewakanku, mengecewakanku, mengecewakanku

[Bridge]
Oh, I think I’m losing my mind now, yeah, yeah, yeah
Oh, aku pikir aku kehilangan pikiranku sekarang, yeah, yeah, yeah
Oh, I think I’m losing my mind now, yeah, yeah
Oh, aku pikir aku kehilangan pikiranku sekarang, yeah, yeah

[Chorus]
I need you, I need you, I need you right now
Aku membutuhkanmu, aku membutuhkanmu, aku membutuhkanmu sekarang
Yeah, I need you right now
Ya, aku membutuhkanmu sekarang
So don’t let me, don’t let me, don’t let me down
Jadi jangan mengecewakanku, jangan mengecewakanku, jangan mengecewakanku
I think I’m losing my mind now
Aku pikir aku kehilangan pikiranku sekarang
It’s in my head, darling I hope
Ini di pikiranku, aku berharap Sayang
That you’ll be here, when I need you the most
Bahwa kau akan ada di sini, saat aku sangat membutuhkanmu
So don’t let me, don’t let me, don’t let me down
Jadi jangan mengecewakanku, jangan mengecewakanku, jangan mengecewakanku
Don’t let me down
Jangan mengecewakanku

[Outro]
Yeah, don’t let me down
Ya, jangan mengecewakanku
Yeah, don’t let me down
Ya, jangan mengecewakanku
Don’t let me down, oh no
Jangan mengecewakanku, oh tidak
Said don’t let me down
Berkata jangan mengecewakanku
Don’t let me down
Jangan mengecewakanku
Don’t let me down
Jangan mengecewakanku
Don’t let me down, down, down

Jangan mengecewakanku, mengecewakanku, mengecewakanku

Terjemahan Lirik Lagu Faded - Alan Walker

Faded | Alan Walker
Terjemahan Lirik Lagu Faded - Alan Walker



You were the shadow to my light
Kau adalah bayang-bayang cahayaku
Did you feel us?
Apa kau rasakan kami?
Another star
Satu bintang lagi
You fade away
Dirimu, memudar
Afraid our aim is out of sight
Kuatir bidikan kita tak terlihat
Wanna see us
Ingin melihat kita
Alight
Menyala

Where are you now?
Dimana kini kau berada?
Where are you now?
Dimana kini kau berada?
Where are you now?
Dimana kini kau berada?
Was it all in my fantasy?
Apakah semua ini dalam fantasiku?
Where are you now?
Dimana kini kau berada?
Were you only imaginary?
Apakah kau hanya khayalan?

III
Where are you now?
Dimana kini kau berada?
Atlantis
Atlantis
Under the sea
Di bawah laut
Under the sea
Di bawah laut
Where are you now?
Dimana kini kau berada?
Another dream
Satu mimpi lagi
The monster's running wild inside of me
Monster menggila di dalam diriku
I'm faded
Aku memudar
I'm faded
Aku memudar
So lost, I'm faded
Sirna, aku memudar
I'm faded
Aku memudar
So lost, I'm faded
Sirna, aku memudar

These shallow waters never met what I needed
Air dangkal ini tak pernah penuhi yang kubutuhkan
I'm letting go a deeper dive
Aku menyelam lebih dalam
Eternal silence of the sea. I'm breathing alive
Keheningan abadi di lautan, aku bernafas

Where are you now?
Dimana kini kau berada?
Where are you now?
Dimana kini kau berada?
Under the bright but faded lights
Di bawah terang tapi cahaya yang memudar
You've set my heart on fire
Kau tlah membakar hatiku
Where are you now?
Dimana kini kau berada?
Where are you now?
Dimana kini kau berada?

Back to III


Terjemahan Lirik Lagu Stone Cold - Demi Lovato

Stone cold, stone cold
Dingin membatu, dingin membatu
You see me standing, but I'm dying on the floor
Kau melihatku sedang berdiri, padahal aku sedang sekarat
Stone cold, stone cold
Dingin membatu, dingin membatu
Maybe if I don't cry, I won't feel anymore
Mungkin jika aku tak menangis, aku takkan merasakan lagi

II
Stone cold, baby
Dingin membatu, kasih
God knows I tried to feel
Tuhan tahu aku tlah berusaha
Happy for you
Ikut berbahagia untukmu
Know that I am, even if I
Ketahuilah aku ikut senang, meski aku
Can't understand, I'll take the pain
Tak mengerti, kan kuterima rasa sakit ini
Give me the truth, me and my heart
Beri aku yang sebenarnya, aku dan hatiku
We'll make it through
Kita kan lewati ini
If happy is her, I'm happy for you
Jika bahagiamu bersamamu, aku ikut senang

Stone cold, stone cold
Dingin membatu, dingin membatu
You're dancing with her, while I'm staring at my phone
Kau berdansa dengannya, sedangkan aku menatap telponku
Stone cold, stone cold
Dingin membatu, dingin membatu
I was your amber, but now she's your shade of gold
Dulu aku batu ambermu, tapi kini dialah nuansa emasmu

Back to II

Don't wanna be stone cold, stone
Kutak mau dingin membatu
I wish I could mean this but here's my goodbye
Andai aku bisa bersungguh-sungguh, tapi inilah ucapan selamat tinggalku
Oh, I'm happy for you
Oh, aku ikut berbahagia untukmu
Know that I am, even if I
Ketahuilah aku ikut senang, meski aku
Can't understand
Tak mengerti
If happy is her, if happy is her
Jika bahagiamu dengannya, jika bahagiamu dengannya
I'm happy for you

Aku ikut berbahagia untukmu

Jumat, 21 Oktober 2016

Contoh Naskah Drama untuk 5 Orang

Bunda

Pewarnaan :
1.      Penunjuk Adegan Tokoh         : Red, Pink, Green, Purple, Gold
2.      Dialog Dalam Hati                   :  Yellow Bold
3.      Awal Babak                             : Blue Bold

4.      Awal Paragraf Pengantar          : Black Bold

Mereka adalah lima bersahabat.Yuko, Shania, Dika, Adhit, dan Bobby selalu menghabiskan waktu luangnya untuk berkumpul bersama, sekadar untuk refreshing atau bercerita satu sama lain tentang keluh kesah mereka.
Suatu hari mereka diberi tugas sekolah yaitu untuk mementaskan sebuah lagu dengan diiringi alat musik.Dan secara kebetulan atau apakah mereka dapat satu kelompok.  Mereka pun senang, dan mereka mulai berlatih agar penampilan kelompok mereka bagus.
Di Ruang Theater, Yuko yang sedari tadi kesal karena harus memainkan pianika dan nadanya tidak kunjung jadi, diledeki oleh Dika yang risih dengan celotehannya.
Yuko : (menghentikan permainannya) “Ihhh... ini gimana sih susah banget gak jadi jadi (mengerutkan wajahnya).”
Dika : “Eh, Yuko. Lho tau gak, kalo lho lagi manyun tuh jelek banget! Kaya ibu-ibu yang mukanya udah mulai keriput kaya nenek-nenek. Hhahahah (tertawa terbahak bahak). ”
Yuko : (menatap Dika) “apa loe bilang? Loe nyamain gue sama nenek-nenek, hhaah?? (mencubit tangannya, kesal). ”
Dika : (kesakitan)
Bobby yang duduk di sebelahnya sedang menghafal lirik lagu pun ikut-ikutan meledek Yuko.
Bobby : (memalingkan wajahnya dari naskah lagu, memberikan kaca kepada Yuko) “Iya Yuk, liat deh nih di kaca. Lucu banget! Hahhahah (Ikut tertawa)”
Yuko : (Matanya melotot, memecahkan kaca yang diberikan Bobby)“Eh luh mau gue cubit juga.”
Bobby : (memelas) “ampun Yuk, ampun.”
Yang sedari tadi izin ke belakang untuk pergi ke Kamar kecil. Shania, salah satu dari anggota kelompok, tiba tiba datang memcah kebisingan.
Shania : (melerai) “Eh, eh. Ada apa sih nih. Berisik banget, bukanya fokus latian juga.” (melihat pecahan kaca) “Ya ampun, kaca kesayanganku pecah? Siapa ini yang nglakuin? (setengah berteriak)”
Yuko : (langsung berjalan menghampiri Shania) “Bobby tuh, sama Dika juga, gara-garanya.” (menunjuk Bobby dan Dika)
Bobby : (Sedikit berbisik, takut) “Mati kita, Dik.”
Dika : (nada pelan) “Sstt, nanti mereka denger.”
Shania : “Eh, Sini kalian berdua.”
Bobby, Dika : (sedikit bingung) “Kok kita sih?” (bertatapan muka, telunjuknya menunjuk dirinya sendiri)
Dika : “Yang mecahin kaca kan bukan kita, tapi Yuko tuh!” (menunjuk Yuko)
Shania : “Ya itu karena ulah kalian kan, iya kan? Udah deh sekarang latihan yang bener.”
Bobby : “Kamu juga latihannya gak bener. Ke WC aja lama banget. Dasar Moduss!!”
Yuko : “Udah ah berantemnya. Mendingan sekarang kita latihan lagi biar cepet jadi. Yuk!”
Adhit : (kesal) “Tau, berantem mulu gak capek apah?”
Dengan perintah Yuko, semuanya manggut-manggut tanda mengerti. Mereka pun latihan dengan serius dengan diiringi bercanda. Sungguh indah persahabatan mereka. Tampak tak ada celah diantara mereka. Selalu kompak dalam menghadapi suatu masalah. Dan dapat memahami kekurangan satu sama lain dan melengkapinya bersama sama.
Tetapi akankah mereka sadar? Sosok yang dikenal periang dan galak seperti Yuko. Mengidap suatu penyakit yang cukup berbahaya dan sudah divonis hidupnya tinggal beberapa bulan lagi oleh Dokter. Apalagi dia hidup tanpa kasih sayang orang tua kandungnya sendiri. Yang katanya Ayahnya pergi untuk mencari nafkah ketika Ibunya sedang mengandungnya. Sementara itu, Ibunya juga menyusul ketika ia baru berumur 8 tahun. Yuko pun diasuh oleh Paman dan Bibinya dari kecil. Dan sampai sekarang, Ibunya hanya berkomunikasi dengan perantara media massa saja.
Yuko memang pandai sekali menyembunyikan masalahnya, walaupun sesekali hampir terbongkar. Sudah sering Yuko sampai mimisan di mana-mana. Apalagi dia suka melamun di dalam kelas, mungkin dia terpuruk karena kurang perhatian dan kasih sayang orang tuanya. Sahabatnya selalu bertanya mengapa, tetapi Yuko dengan seribu akalnya selalu dapat menyembunyikannya.
Adhit : (mengakhiri latihannya) “Eh latihannya udahan yuk. Aku capek nih.”
Shania : “Iya yuk. Aku juga udah janji mau nemenin mamah shoping, sekalian aku juga.(sedikit bingung) “Eh, tunggu-tunggu. Kaya ada yang kurang deh.” (celingukan) “Yuko mana yah.”
Bobby : “Lha tadi kan ke WC, gimana sih. Cantik cantik, tapi pikun.”
Shania : (memanyunkan bibirnya) “Iihh.. Bobby gitu deh sama aku. Ya udah deh, nanti aku ke mall gak aku beliin cokelat!”
Adhit : ( tertawa senang) “Ahahaha. Rasain luh Bob!”
Bobby : “Ya udah deh aku ngambek.” (mendadak pergi membawa tasnya)
Yuko : (muncul dengan tiba-tiba) “Haii, semuanya-” (melihat Bobby) “Eh, kenapa tuh anak, mukanya di tekuk gitu.”
Dika : “Ah biasalah, Bobby kalo ada maunya emang gitu.”
Yuko : (manggut-manggut) “Eh ini gimana latiannya.”
Adhit : “Ini udah pada capek jadi udahan mau pada pulang. Kamu mau pulang gak? Ato mau jadi penunggu Sekolah?”
Yuko : (langsung sewot) “ Enak aja. Ya pulang lah, gimana sih.”
Adhit : (dengan tangan memohon bergaya peace) “Just kidding, Yuko!”
Shania : “Ya udah yuk. Aku juga udah dijemput tuh. Yuko, kamu mau bareng gak?”
Yuko : “Ehm, gak deh. Aku jalan kaki aja. Kan rumah aku deket.”
Shania : “Beneran nih, gak papa? Deket-deket kan rada jauh juga.” (berfirasat buruk)
Yuko : (mengangguk pasti)
Semuanya pun berbondong-bondong meninggalkan ruang kelas. Yang mana Sekolah pun juga akan di tutup karena semua penghuninya satu per satu meninggalkan Sekolah yang berlantai 4 itu.
Di pertengahan jalan. Yuko yang sejak di Sekolah tadi mersa pusing, tiba-tiba hidungnya mengeluarkan darah segar walaupun sedikit tetapi dia hampir pingsan. Tubuhnya sudah gentayangan hampir sudah tidak bisa ditahan lagi.
Beruntungnya, Shania yang melihat Yuko yang hampir pingsan itu langsung turun dari mobilnya untuk menolong Yuko.
Shania : (berteriak dan melambaikan tangannya) “Yuko!”
Yuko : (melihat lambaian tangan Shania dengan pandangan samar samar, dia tersenyum)
Shania : (berlari menghampiri Yuko)
Yuko : (suaranya melemah) “Eh, jangan lari-lari. Nanti kalo jatuh aku gak bisa nolongin. Harusnya kan kamu yang nolongin kalo aku udah jatuh nanti.”
Shania : (kesal. Firasatnya semakin kuat) “Ih, Yuko mah gitu. Gini-gini aku juga kan bisa lari. Eh, tunggu. Maksud omongan kamu yang terakhir itu apa sih, aku gak ngerti?”
Yuko : “Gak papa kok.” (menggelengkan kepalanya)
Shania : “Huhh” (memanyunkan bibirnya) “Ya udah yuk, ikut aku pulang. Kamu gak usah cari-cari alesan lagi buat nolak. Aku khawatir sama kamu, tadi aku liat kamu hampir pingsan di jalan.” (langsung membawa Yuko ke dalam mobilnya)
Yuko : “Eh, eh. Pemaksaan ini namanya. Nanti aku laporin ke Komnas HAM loh.”
Shania : (dalam hati) “Yuko, Yuko. Dalam situasi kaya gini kamu masih bisa melucu juga. Aku tau kamu lagi sakit, masih juga masih menghibur sahabatmu. Aku berjanji, Yuko. Aku akan selalu memberikan bahuku untuk kamu bersandar.”
Langsung diinjaknya pedal gas mobil oleh Ibunya Shania.
Dan dalam sekejap, sampailah mereka di rumah Yuko.
Yuko : “Makasih ya, Shan.”
Shania : “Iya sama-sama. Udah ya, aku langsung pulang aja, soalnya udah sore. Bye Yuko. Jaga diri baik-baik ya.”
Yuko hanya tersenyum, sedikit berfikir karena tidak mengerti kalimat terakhir yang diucapkan Shania. Kemudian dia langsung masuk ke dalam rumahnya untuk merebahkan tubuhnya yang sangat lemas.
Keesokan harinya adalah hari minggu.Mereka berlima membahas tugas mereka itu. Kemudian rencananya mereka akan latihan di Rumah Yuko.
Di ruang tamu rumah Yuko.
Yuko : (muka malas, terus membolak-balikan buku novelnya dan memutar-mutar ulang music yang sedang didengarkannya. Lalu tersentak kaget) “Hhah, apaan nih. Ini kan-”(dibukanya sesuatu yang membuat penasaran) “Iin-inii..kan..” (terbata) “Surat yang mau aku kirim ke Ibu? Ini, ternyata disini.”
Kemudian dibacanya surat itu, yang merupakan puisi yang ditulis Yuko untuk Ibunya ketika dia sedang sedih. Waktu itu hari dimana Yuko sangat rapuh. Ketika dia mendengar akan vonis Dokter. Tentang usianya yang hanya beberapa bulan lagi. Kemudian dia membuat puisi untuk Ibunya, dan berniat untuk dia kirimkan kepada Ibunya. Tetapi setelah selesai menulis, Yuko lupa meletakkannya dimana. Akhirnya dia pun semakin rapuh dan dia sudah putus asa dalam menjalani hidupnya.
Yuko : (dengan lantang membaca puisi itu)
Baru selesai satu judul , dia mendengar bel rumahnya berbunyi. Di pun tersentak kaget karena langsung Dika membuka pintu.
Dika : (membuka daun pintu) “Ini dia nih Ratu kita. Ratu tergalak di Dunia. Hah, sadis.”
Yuko : (suara malas, surat itu langsung disimpan rapat rapat olehnya) “Udah deh Dik. Aku lagi males berantem. Sanalah kamu menyingkir.”
Dika : “Tuh, kan. Baru juga dibilang. Dasar sadis.”
Bobby : “Hah, Yuko-yuko. kapan yah kamu bisa berhati lembut. Kaya Shania tuh.” (menunjuk Shania)
Adhit : “Eh udah-udah. Kalian mau diterkam sama Yuko. Mungkin dia lagi haus darah. Jadinya gitu deh.”
Yuko : (hanya diam, tidak mau menggubris ledekan para sahabatnya)
Dika : “Eh, eh. Shania dateng. Pasang muka keren dulu.”
Shania : “Apa sih kamu Dik. Hhehh.” (muka bete)
Adhit : “Hahh. Yang lagi dicukein. Enak ya.” (menyindir)
Dika : (kesal)
Adhit : “Udahlah yuk kita latian biar cepet selesai nih lagu. Let’s come here guys, kita merapat.”
Shania : “Tumben, Bob. Ide kamu bagus.”
Bobby : “Ide bagus dikatain, ide jelek apa lagi. Gimana sih yang bener?” (kesal. Langsung mengambil posisi untuk latihan)
Shania : (puas meledek Bobby) “Ya udah yuk mulai. Yuko, kasih aba-abanya!”
Yuko pun melaksanakan perintah Shania, dan semuanya sudah dalam posisi mereka masing masing.



Ku buka album biru
Penuh debu dan usang
Kupandangi semua gambar diri
Kecil bersih belum ternoda

Pikirku pun melayang
Dahulu penuh kasih
Teringat semua cerita orang
Tentang riwayatku

Kata mereka diriku selalu di manja
Kata mereka diriku selalu di timanng

Nada nada yang indah
Selalu terurai darinya
Tangisan nakal dari bibirku
Takkan jadi deritanya

Tangan halus dan suci
Telah mengangkat tubuh ini
Jiwa raga dan seluruh hidup
Rela dia berikan

Kata mereka diriku selalu di manja
Kata mereka diriku di timang
Oh bunda ada dan tiada dirimu kan selalu ada di dalam hatiku




Latihan pun selesai. Aransemen sudah jadi dan siap untuk ditampilkan esok hari. Tapi, kelihatannya Yuko tidak senang. Dika pun sudah mengambil ancang ancang untuk meledek Yuko, begitu pun Bobby dan Adhit tak kalah gemasnya dengan Dika ingin meledek Yuko.
Shania : “Udahlah kalian pergi aja. Yuko itu lagi sa-”
Yuko : (menginjak kaki Shania)
Shania : (reflek) “Aw, sakit tau.”
Dika : “Ah sudahlah, tak jadi. Ayo kita ke keluar saja. Mungkin ini masalah mereka berdua. Biarlah mereka yang tau.”
Bobby, Adhit : (menganggukmanyun)
Kemudian ketiganya pergi mninggalkan mereka.
Shania : “Yuko. kamu kenapa sih, cerita dong sama kita kalo lagi ada masalah. Seenggaknya kita kan bisa bantu walau sedikit.”
Yuko : (mengggeleng)
Shania : “Apa ini ada kaitannya sama Ibu kamu?”
Yuko : (menghela nafas panjang)
Shania : “Maaf, Yuk. Bukannya aku-”
Yuko : (memotong ucapan Shania) “Gak papa kok, Shan. Mungkin ini udah jalan hidup aku. Hidup tanpa sosok orang tua seutuhnya.”
Semuanya diam. Suasana menjadi hening. Tanpa sepengetahuan mereka. Dika, Bobby, dan Adhit memnguping pembicaraan mereka dari balik pintu. Mereka sudah hafal dengan tingkah Yuko jika ia sedang tidak mood.
Jika Yuko sedang sedih, ia selalu berpikir. Mengapa dia harus digariskan hidup seperti ini. Selalu merasa sendirian dalam keadaannya yang seperti itu. Dia tidak mau merepotkan orang lain. Selalu memendam masalahnya seorang diri. Padahal sahabat-sahabatnya selalu ada untuknya. Tetapi dia tetap saja keras kepala. Dia tidak ingin sahabatnya ikut campur ke dalam masalahnya. Tidak ingin Yuko kehilangan senyum para sahabatnya hanya karena harus ikut mengeluarkan air mata untuk dirinya.
Disaat dia akan mengatakan penyakit yang selama ini ia sembunyikan, Ibunya malah menutup teleponnya. Jarang-jarang dia bisa mendengar suara Ibunya selama bertahun-tahun lamanya, apalagi Ayahnya. Yang dia tau, Ayahnya itu adalah Pamannya.
Tetapi Yuko itu tipe prang yang kuat. Pantang menyerah dalam menghadapi masalah, walaupun terkadang ia rapuh. Selalu tersenyum untuk menutupi masalahnya. Dia percaya, bahwa pasti akan ada hikmah dibalik kesusahannya. Karena prinsip hidupnya adalah Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Semua pasti akan indah pada waktunya, karena apa yang kita inginkan dalam hidup itu butuh proses. Dia tau bahwa Tuhan adalah hakim yang paling adil.
Bobby dan yang lainnya yang sedari tadi menguping lalu tiba-tiba terjatuh dan pintu terbuka.Bobby yang kebetulan bertubuh paling besar pun menindih kedua sahabatnya yang tubuhnya lebih kecil darinya.
Shania, Yuko : (menoleh)
Bobby : (meringis kaget) “sorry, kita sengaja.”
Adhit : (mencubit tangannya) “Isshh Bobby, dasar. Jadi ketauan kan.”
Kemudian mereka bertiga bangkit dan berjalan menghampiri keduanya.
Dika : (duduk di sebelah Shania menghadap Yuko) “Yuko, aku tau kamu orang yang kuat. Walaupun kamu gak pernah cerita ke kita. Aku yakin, kamu pasti gak bisa memendam semuanya sendirian. Karena itu akan membuat kamu sakit sendiri.”
Yuko : (mengangkat kepalanya)
Adhit : “Iya, Yuk. Cobalah kamu cerita ke kita. Siapa tau kita bisa bantu.”
Yuko : (menyandarkan kepalanya di bahu Shania) “Temen-temen, kenapa sih hidup aku kaya gini banget. Sejak kecil aku udah di tinggal Ayah. Terus waktu aku SD, aku di tinggal Ibu entah kemana dia pergi. Aku gak pernah mendapat kasih sayang dari mereka. Aku ingin bertemu dengan mereka, sekali pun itu di dalam mimpi, dan meskipun mereka hanya berucap satu kata.” (matanya berkaca-kaca)
Shania : (mengelus kepala Yuko) “Yuko, kamu yang sabar ya. Kita akan selalu ada untuk kamu. Dalam suasana apapun itu. Kita akan selalu bersama-sama, sampai kita...akan pergi satu persatu.”
Satu persatu dari mereka melajutkan Ikrar persahabatan mereka.
Dika : “Sampai kita meraih impian kita, setelah kita mengukir asa bersama-sama dulu. Kamu ingat kan, waktu itu?”
Bobby : “Waktu dimana kita pertama menjadi sahabat. Dimana hari itu adalah hari yang sangat cerah, secerah hati kita masing-masing.”
Adhit : “Hari itu adalah hari yang sangat mengerikan dalam hidup kamu kan, Yuko? Lalu kita bersama-sama mengucapkan Ikrar untuk menjadi Sahabat.”
Yuko : “26 November 2013. Aku tidak pernah melupakannya. Saat-saat aku diambang ketakutan terdalamku. Dan hanya kalian yang dapat mengerti perasaanku. Terima Kasih kalian telah menjadi bahu untukku bersandar.”
Dika : “Yuko, kamu gak usah terlalu memanjakan sesuatu yang kamu senangi. Kita seperti itu karena kita tulus menyayangi kamu.”
Shania : “Iya Yuko, bahagia itu sederhana. Karena sebuah kata yang terbaik dalam hidup ini adalah-”
Shania, Dika, Bobby, Adhit : “Kesenangan.”
Bobby : (memulai ketusnya) “Tuh kan kita kompak banget. Lho, Yuk. Kamu kok gak ikutan sih tadi. Ihh, blangkopak deh. Bilang sehati tapi gak kompak.”
Yuko : (mulai dengan aksinya) “Iihh, Bobby-” (tangannya sudah siap mencubit, wajahnya mulai melukiskan keceriaannya)
Bobby : “Nah, gitu dong, kan enak diliat.” (langsung memotong ucapan Yuko karena takut)
Shania : “Iya, Yuk. Pokoknya besok-besok kamu harus cerita sama kita-”
Dika : “Tentang kesedihan kamu.” (nada cepat)
Shania : “Dika! Baru juga aku mau ngomong itu.”
Adhit : “Aaaa, cie cie. Kompak banget sih.”
Shania : (mukanya memerah)
Dika : (tersenyum geli)
Kemudian semuanya tertawa bersama. Kekalutan yang dirasa Yuko pun perlahan menghilang seiring candaan yang mereka lontarkan satu sama lain.
Setelah semuanya mersakan lelah, akhirnya mereka pun pulang utntuk persiapan performance esok hari. Terutama Yuko yang sedang tidak enak badan.
Keesokan harinya di Sekolah.Bel masuk sudah berbunyi. Guru Kesenian langsung datang tepat waktu. Takut-takut kalau waktu tampil tidak cukup. Dan Kelompok Yuko pun akhirnya mendapat giliran untuk penutup.
Yuko : (memulai perkenalan) “Assalamu’alaikum wr.wb. kami dari kelompok 6 akan menampilkan sebuah Lagu yang berjudul, Bunda.”
Di pertengahan, tiba-tiba kepala Yuko sangat pusing. Kemudian cairan berwarna merah jatuh dari lubang hidungnya. Refleks, dia pun menjadi tidak konsentrasi memainkan alat musik. Kemudian dia keluar secara tiba-tiba, membuat orang-orang sekelas bingung dibuatnya. Terutama Shania, dia berpikir bahwa penyakitnya kambuh. Kemudian dia menyusul Yuko karena khawatir.
Yuko : (keluar kelas)
Shania : (kaget, lalu mengikutinya)
Dika, Bobby, dan Adhit : (hanyadiam)
Di luar kelas, Yuko menyumbat hidungnya dengan menggunakan sapu tangan favoritnya. Yang merupakan peninggalan terakhir dari Ibunya.
Shania : “Yuko, kamu kenapa. Kamu mimisan? Kenapa Yuko, kenapa kamu gak pernah cerita ke kita perihal ini. Apa ada yang salah sama kita. Kalo gitu kita minta maaf.”
Yuko : “Apa sih Shania. Ini udah biasa kok.”
Shania : “Biasa apanya. Aku udah sering lihat kamu kaya gini. Kamu nyembunyiin apa dari kita, Yuko?”
Mendengar kebisingan diluar, dengan cepat, Dika, Bobby, dan Adhit ikut keluar dengan instruksi dari Dika.
Adhit : “Ada apa nih?”
Yuko : “Maafin aku temen-temen. Gara-gara aku, penampilan kita gak bagus. Padahal kemarin kan udah jadi latihannya.”
Dika : (mendadak serius, wajahnya berubah 180 derajat) “Kamu emang harus minta maaf Yuko. Gara-gara kamu ngeyel sama kita. Kamu jadi kaya gini kan.”
Semuanya menoleh heran ke arah Dika.
Shania : “Dika, kamu gimana sih. Yuko nya lagi sakit kamu malah marahin dia.”
Adhit : “Iya sabar dikit, Dik.”
Dika : “Aku bukanya marah Shan. Aku itu gemes sama Yuko. Aku emang selama ini selalu keliatan melucu di hadapan kalian. Karena apa? Itu semua untuk menghibur Yuko. Apa selama ini kalian tau Yuko itu sakit apa? Enggak kan!?”
Semuanya semakin penasaran. Mereka pun mendengarkan penjelasan Dika dengan seksama.
Shania, Bobby, dan Adhit : (menggelengpenasaran)
Yuko : (tersentak kaget) *dalam hati* “Apa Dika tau semua ini?”
Dika : (flashback) “Hari itu, aku liat Yuko terburu-buru berjalan untuk mencari kendaraan. Terus aku penasaran. Aku ikutin dia, tau-tau sampe Rumah Sakit. Terus.... aku ikutin dia sampe ke Ruang Dokter Spesialis Darah. Aku menguping pembicaraan mereka. Lalu aku sangant kaget, kalo aku denger, ternyata Yuko mengidap Kanker Darah dan dia-”
Perkataannya terpotong oleh Yuko yang tiba-tiba sesak nafas.
Shania :  (khawatir) “Yuko, kamu kenapa Yuko?”
Yuko : (bersandar di bahu Shania) “Aku ingin kalau kalian selalu ada untukku. Selalu tersenyum untukku. Karena saat kalian tersenyum, hatiku hangat terselimuti surya. Shania, kamu adalah yang paling deket sama aku. Aku ingin kamu selalu tersenyum untukku dan semuanya. Dika, aku ingin kamu selalu membuat semuanya tertawa dalam keadaan apapun. Bobby, Adhit, aku ingin kalian menjaga kita. Aku gak ingin kalo kalian sampai menintikkan air mata kesedihan kalian.” (suaranya melemah, matanya mulai berkaca-kaca)
Shania : “Jangan bicara seolah kamu tahu apa yang akan terjadi dalam hitungan waktu kamu berikutnya! Sama.. Kamu juga gak boleh, mendahului kehendak Tuhan, dengan ucapan kamu itu!”
Yuko : “Aku... (mulai tidak bisa mengendalikan sesaknya) .. aku.. gak ngeduluin kehendak Tuhan!... dan.. aku juga.. gak pernah tahu... apa yang akan... aku alami... disetiap.. perubahan waktu dalam perjalanan.. kehidupan aku!...”
Mendengar suara Yuko yang semakin menurun membuat mereka semua ada di dalam ketakutan terdalamnya.Dika, Bobby, dan Adhit hanya memandang Yuko dengan tatapan iba, sudah tak bisa berbicara apa-apa lagi.
Ditambah, detik berikutnya. Shania merasakan bahu yang sedang Yuko sandari, basah, dan terasa dingin. Shania  melihat dengat sudut matanya untuk tahu apa yang membuat bajunya basah, apa yang begitu terasa dingin itu. Air matanya menderas. Saat dia bisa melihat apa yang ada dibahu kanannya. Kembali, cairan berwarna merah, mengalir dari hidung Yuko, terlihat terus mengalir.
Shania : “Yuko, kami, akan selalu ada untukmu. Aku tahu kamu itu orang yang kuat. Kamu harus bertahan, untuk kami, dan untuk semua orang yang menyayangimu. Tunjukan sama Tuhan, tentang ketegaran kamu, dan ketidakmenyerahan kamu atas sakit yang Dia berikan!” (memeluk Yuko dalam dalam)
Yuko : “...Maa...aafin... aku.. semuanya..., Maka..sih... untuk... semuanya... Terima... kaasihhh...”
Tangsian pun akhirnya tak bisa dibendung lagi setelah mata mereka berkaca-kaca. Semakin deras, mendengar kata-kata terakhirk Yuko dengan suara yang sangat lirih, Shania merasakannya. Dan dia melepaskan pelukannya. Dan Yuko pun tersenyum, menikmati saat-saat terakhirnya bersama orang-orang yang dia sayangi.
Yuko : (menutup mata perlahan)*dalam hatikata-kata terakhirnya* “Tenang... sangat tenang. Rasanya sangat ringan saat aku memejamkan mataku, dan semuanya pun menjadi putih. Terima Kasih atas semua yang Engkau berikan. Tuhan, jagalah mereka.. Sang Matahariku.”
Yuko pun akhirnya pergi dengan meninggalkan air mata para sahabatnya. Sebuah penyakit yang selalu ia sembunyikan, ternyata malah sudah diketahui sejak awal ia divonis. Sungguh malang kehidupan Yuko.

Hidup itu selalu berputar. Terkadang di atas, dan terkadang juga di bawah. Ada kalanya kita sedang berada di atas. Dan kita pun nantinya akan berada di bawah, roda sang pedati.-End-